2.
Lahirnya Ilmu Tauhid
a.
Yang Mendorong Lahirnya Tauhid
a)
Faktor Intern
Adapun diantara faktor tersebut adalah adanya dalil al-Qur’an yang men-jelaskan masalah ketauhidan, kenabian serta polemik
terhadap agama-agama pada masa itu.Adapun dalil al-Qur’an tentang tauhid
diantaranya:
َوالهكم اله وحد لااله
الاهو الرحمن الرحيم (البقره:163)
Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia. Yang
Maha Pemurah kagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqoroh:163)
Adapun faktor lain, diantaranya setelah wafatnya nabi,
umat Islam bersentuhan dengan kebudayaan dan peradapan asing, mereka mulai mengenal
filsafat, merekapun memfilsafati al-Qur’an, terutama ayat-ayat yang secara
lahir nampak satu sama lain tidak sejalan.
b) Faktor Ektern
Diantaranya pola pikir ajaran
agama lain yang tidak sejalan dengan Islam, atau bahkan penganut islam
itu sendiri yang awalnya non islam yang masih terbawa dengan adat-adat non Islam.
b. Perkembangan Tauhid pada Masa Rasulullah SAW
Masa Rasulullah merupakan periode
pembinaan aqidah dan peraturan-peraturan dengan prinsip kesatuan umat dan
kedaulatan Islam. Segala masalah yang kabur dikembalikan langsung kepada
Rasulullah, sehingga beliau berhasil menghilangkan perpecahan diantara
uamatnya. Masing-masaing pihak tentu mempertahankan kebenaran pendapatnya
dengan dalil-dalil, sebagaimana telah terjadi pada masa sebelum islam. Rasulullah
mengajak kaum muslimin untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya, serta menghindari
perpecahan yang menyebabkan timbulnya kelemahan dari segala bidang sehingga
menimbulkan kekacauan. Firman Allah dalam surat Al-Anfal:46,
واطيعوا الله ورسوله
ولا تنازعوا فتفشلوا وتذهبريحكم واصبروا ان الله مع الصبرين
Artinya: Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu
dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Anfal:46)
Perbedaan pendapat merupakan hal yang wajar dan sulit
untuk dipungkiri, tetapi menjaga persatuan merupakan hal yang sangat diperlukan
sebagai benteng dari perpecahbelahan. Demikian juga dalam menghadapi agama
lain, kaum muslimin harus bersikap tidak membenarkan apa yang mereka sampaikan
dan tidak pula mendustainya
.
c. Perkembangan Tauhid pada Masa Khulafaurrasyidin
Masa permulaan kholifah islam
khususnya kholifah pertama dan kedua, ilmu tauhid masih tetap seperti masa
rasulullah saw. Hal ini disebabkan kaum muslimin tidak sempat membahas
dasar-dasatr aqidah. Waktu mereka tersita untuk menghadapi musuh, mempererat persatuan dan
kesatuan umat. Kaum muslimin tidak mem-persoalkan bidang aqidah, mereka
membaca dan memahami al-Qur’an tanpa takwil, mengimani dan mengamalkannya apa
adanya. Kekacauan dalam bidang politik, mulai timbul pada masa kholifah
ketiga, Usman bin Affan. Umat Islam mulai terjadi perpecahbelahan dengan
mempertahankan pendapat mereka masing-masing. Pada masa ini pula mulai adanya
penciptaan hadits-hadits palsu.
d. Perkembangan Tauhid pada Masa Daulah Umayyah
Pada masa daulah Umayyah kedaulatan
Islam bertambah kuat sehingga kaum muslimin tidak perlu
lagi berusaha untuk mempertahankan Islam seperti masa sebelumnya. Kesempatan
ini digunakan kaum muslimin untuk mengembangkan pengetahuan dan pengertian
tentang ajaran Islam. Terutama dengan berduyun-duyunnya pemeluk agama lain
memeluk Islam, yang jiwanya belum bisa sepenuhnya meninggalkan unsur agamanya
yang dulu, sehingga menyusupkan beberapa ajaran-nya. Masa inilah mulai timbul
keinginan bebas berfikir dan berbicara yang selama ini didiamkan oleh golongan
salaf.
Munculnya sekelompok umat Islam
yang membicarakan masalah Qodar (Qodariyah) yang menetapkan bahwa manusia itu
bebas berbuat, tidak ditentukan Tuhan. Sekelompok berpendapat sebaliknya,
manusia ditentukan tuhan, tidak bebas berbuat (Jabariyah). Kelompok Qodariyah
ini tidak berkembang dan melebur dalam madzhab mu’tazilah yang menganggap bahwa
manusia itu bebas berbuat, sehingga mereka menamakan dirinya dengan ”ahlu
al-adil” dan meniadakan semua sifat Tuhan karena dzat Tuhan tidak tersusun dari
dzat dan sifat, Ia Esa, dari ini mereka menamai dirinya dengan ”ahlu
at-tauhid”. Penghujung abad pertama hijriyah muncul pula kaum khowarij yang
mengkafirkan orang muslim yang berbuat dosa besar, walaupun pada mulanya mereka
adalah pengikut Ali bin Abi Tholib, akhirnya mereka memisahkan diri karena
alasan politik. Sedangkan kelompok yang tetap mengikuti Ali disebut dengan
golongan Syi’ah.
e. Perkembangan Tauhid pada Masa Daulah Abbasyyah
Masa daulah Abbasyyah merupakan
zaman keemasan dan kecemerlangan Islam, ketika terjadi hubungan pergaulan
dengan suku-suku diluar arab yang mempercepat berkembangnya ilmu pengetahuan.
Usaha terkenal pada masa itu adalah penterjemahan besar-besaran segala buku
filsafat.
Para kholifah menggunakan
keahlian orang Yahudi, Persia dan Kristen sebagai juru terjemah, walaupun masih
ada diantara mereka menggunakan kesempatan ini untuk mengembangkan pikiran
mereka sendiri yang diwarnai baju Islam tetapi dengan maksud buruk. Inilah yang
melatarbelakangi timbulnya aliran-aliran yang tidak dikehendaki Islam. Pada
masa ini juga muncul polemik-polemik menyerang paham yang dianggap
bertentangan. Misalnya, Amar bin Ubaid al- Mu’tazil dengan bukunya
”Ar-ro’du ’ala al-Alqodariyah” untuk menolak paham qodariyah, dan masih
banyak contoh yang lainnya. Pengambilan dalil dalam aqidah Islam pada masa ini
banyak menggunakan dalil filsafat.
f. Perkembangan Tauhid Paska Abbasyyah
Setelah kemunduran Daulah
Abbasyyah, golongan asy’ariyah yang sudah terlalu jauh menggunakan filsafat
dalam alirannya tidak banyak mendapat tantangan lagi. Hanya sedikit mendapat reaksi dari golongan Hambaliyah
yang tetap berpegang teguh pada pandangan salaf. Pada abad ke-8 hijriah muncul
golongan Taimiyah yang menentang aliran Asy’ariyah. Sesudah itu pembahasan
tauhid berhenti. Kefakuman ini cukup lama, barulah berakhir dengan munculnya
Said Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh dan Said Rhasid Ridha di Mesir, yang
kemudian disebut gerakan Salafiiyah.
Komentar
Posting Komentar