2. Aliran-aliran Ilmu Tauhid
a. Jabariyah
Ajaran-ajaran dari aliran Jabariyah di antaranya
adalah :
1) Manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun,
setiap perbuatannya baik yang jahat, buruk atau baik semata Allah semata yang
menentukannya.
2) Allah tidak mengetahui sesuatu apapun sebelum terjadi.
3) Ilmu Allah bersifat Huduts (baru)
4) Iman cukup dalam hati saja tanpa harus dilafadhkan.
5) Allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk
ciptaanNya.
6) Surga dan neraka tidak kekal, dan akan hancur dan
musnah bersama penghuninya, karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah semata.
7) Allah tidak dapat dilihat di surga oleh penduduk
surga.
8) Al-Qur'an adalah makhluk dan bukan kalamullah
Aliran Jabariyah berkerangka
pikir teosentris, yaitu menganggap bahwa
hakikat realitas transenden bersifat Suprakosmos, personal dan ketuhanan, Tuhan
adalah pencipta segala sesuatu yang ada di kosmos ini dengan segala
kekuasaan-Nya, mampu berbuat apa saja secara mutlak dan manusia adalah
ciptaan-Nya sehingga harus berkarya hanya untuk-Nya.
Manusia teosentris adalah manusia
statis karena sering terjebak dalam kepasrahan mutlak kepada Tuhan. Bagianya,
segala sesuatu/perbuatanya pada hakikatnya adalah aktivitas tuhan. Ia tidak
mempunyai ketetapan lain, kecuali apa yang telah ditetapkan Tuhan. Aliran
teosentris menganggap daya yang menjadi potensi perbuatan baik atau jahat bisa
datang sewaktu-waktu dari Tuhan.
Argumen rasional (dalil aqli) yang
digunakan oleh aliran Jabariyah di antaranya adalah:
1) Sekiranya manusia menciptakan perbuatan-perbuatannya
sendiri dengan kemampuan yang dimilikinya berdasarkan kemauannya sendiri,
tentulah perbuatan-perbuatan itu bukan dengan kehendak Allah dan kekuasaann-Nya.
Karena mustahil berpautan dua kehendak dengan satu perbuatan dan menjadikan
kekuasaan Allah terbatas. Dan Allah mempunyai sekutu dalam perbuatan-Nya. Hal
ini tidak sesuai dengan kebesaran Allah SWT. Padahal kesempurnaan-Nya adalah
mutlak.
2) Jika dianggap manusia adalah pelaku yang mempunyai
daya pilih apa yang disukai, tentulah ilmunya meliputi segala perincian apa
yang dibuatnya, sedang Allah berfirman QS al-Mulk (67): 14 “Apakah Allah yang
menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia
Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” Maka kalau manusia menciptakan segala
perbuatannya dengan ikhtiarnya, tentulah dia mengetahui perincian dari
perbuatan-perbuatannya itu; dia mengetahui apabila dia melangkah apa yang akan
terjadi dari langkahnya itu?, dan dia mengetahui mengapa kakinya bergerak? Dan
seterusnya. Akan tetapi manusia tidak mengetahui perincian itu. Kalau demikian,
tidaklah manusia dikatakan mukhtār dalam perbuatannya.
3) Segala perbuatan hanya dinisbatkan atau disandarkan
kepada yang melaksanakannya bukan kepada yang menciptakannya. Sesungguhnya
Allah menciptakan warna dan Allah sendiri tidak bersifat dengan warna-warna
itu. Yang bersifat dengan warna ialah tempat warnanya itu. Masalah taklif,
pahala dan siksa tidaklah tunduk kepada aturan-aturan yang dengan aturan itu. Kita
analogikan kepada perbuatan-perbuatan kita. Aturan-aturan itu berada di atas
pengertian kita dan Allah tidak ditanyakan tentang perbuatan-Nya.
Selain dalil aqli, aliran Jabariyah juga
menggunakan dalil naqli, di antaranya:
1)
ª!$#ur ö/ä3s)n=s{ $tBur tbqè=yJ÷ès? ÇÒÏÈ
“Padahal
Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".
2)
öNn=sù öNèdqè=çFø)s? ÆÅ3»s9ur ©!$# óOßgn=tGs% 4 $tBur |MøtBu øÎ) |MøtBu ÆÅ3»s9ur ©!$# 4tGu 4
uÍ?ö7ãÏ9ur úüÏZÏB÷sßJø9$# çm÷ZÏB ¹äIxt/ $·Z|¡ym 4 cÎ) ©!$# ììÏJy ÒOÎ=tæ ÇÊÐÈ
“Maka (yang
sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh
mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah
yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk
memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik.
Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui.”
3)
$tBur tbrâä!$t±n@ HwÎ) br& uä!$t±o ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $¸JÎ=tã $VJÅ3ym ÇÌÉÈ
“Dan kamu
tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya
Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
b. Qadariyah
Secara terperinci asas-asas ajaran Qadariyah adalah
sebagai berikut :
1) Mengingkari takdir Allah Taala dengan maksud ilmuNya.
2) Melampaui di dalam menetapkan kemampuan manusia dengan
menganggap me-reka bebas berkehendak (iradah). Di dalam perbuatan
manusia, Allah tidak mempunyai pengetahuan (ilmu) mengenainya dan ia terlepas
dari takdir (qadar). Mereka menganggap bahawa Allah tidak mempunyai
pengetahuan mengenai sesuatu kecuali selepas ia terjadi.
3) Mereka berpendapat bahwa Allah tidak bersifat dengan
suatu sifat yang ada pada makhluknya. Karena ini akan membawa kepada
penyerupaan (tasybih). Oleh karena itu mereka menafikan sifat-sifat Ma'ani
dari Allah Taala.
4) Mereka berpendapat bahawa al-Quran itu adalah makhluk.
Ini disebabkan pengingkaran mereka terhadap sifat Allah.
5) Mengenal Allah wajib menurut akal, dan iman itu ialah
mengenal Allah.
6) Mereka mengingkari melihat Allah (rukyah), kerana
ini akan membawa kepada penyerupaan (tasybih).
7)
Mereka
mengemukakan pendapat tentang syurga dan neraka akan musnah (fana'),
selepas ahli syurga mengecap nikmat dan ali neraka menerima azab siksa.
Kerangka pikir yang digunakan oleh aliran Qadariyah
adalah antroposentris, yaitu menganggap bahwa hakikat realitas transenden
bersifat intrakosmos dan impersonal. Ia berhubungan erat dengan masyarakat
kosmos baik yang natural mau-pun yang supra natural dalam arti unsur-unsurnya.
Orang yang tergolong dalam ke-lompok ini berpandangan negatif terhadap dunia
dikarenakan ia beranggapan bahwa tugas manusia adalah melepaskan unsur natural
yang jahat dengan meninggalkan keduniawiyan ia akan mampu meraih kemerdekaan
dari lilitan naturalnya. Semen-tara kaaqwaannya lebih diorientasikan kepada
praktek-praktek pertapaan dan konsep-konsep magis. Tujuan hidupnya bermaksud
menyusun kepribadianya ke-dalam realita impersonalnya. Manusia yang
berpendangan antroposentris diang-gap/dikenal sebagai Sufi.
Dalil-dalil aqli yang
dijadikan sebagai landasan kaum Qadariyah adalah “Jika perbuatan manusia
diciptakan atau dijadikan oleh Allah swt mengapa menusia diberi pahala jika
berbuat baik dan disiksa jika berbuat maksiyat dan dosa, bukankah yang membuat
atau menciptakan perbuatan itu adalah Allah swt sendiri. Jika demikian
halnya berarti Allah swt tidak bersikap adil terhadap manusia, sedang manusia
itu sendiri adalah adalah ciptaan-Nya.”
Dalil-dalil naqliy yang menjadi dasar aliran Qadariyah
1)
¼çms9 ×M»t7Ée)yèãB .`ÏiB Èû÷üt/ Ïm÷yt ô`ÏBur ¾ÏmÏÿù=yz ¼çmtRqÝàxÿøts ô`ÏB ÌøBr& «!$# 3 cÎ) ©!$# w çÉitóã
$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 !#sÎ)ur y#ur& ª!$# 5Qöqs)Î/ #[äþqß xsù ¨ttB ¼çms9 4 $tBur Oßgs9
`ÏiB ¾ÏmÏRrß `ÏB @A#ur ÇÊÊÈ
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. Se-sungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
meng-hendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
meno-laknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
2)
`tBur ö@yJ÷èt #¹äþqß ÷rr& öNÎ=ôàt ¼çm|¡øÿtR ¢OèO ÌÏÿøótGó¡o ©!$# ÏÉft ©!$# #Yqàÿxî $VJÏm§ ÇÊÊÉÈ
“Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
dan Menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia
mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
c.
Khawarij
Ajaran-ajaran pokok golongan Khawarij secara
umum adalah:
1) Orang Islam yang melakukan dosa besar adalah
kafir.
2) Orang-orang yng terlibat dalam perang jamal
yaitu perang antara Aisyah, Thalhah dan Zubair melawan Ali bin Abi Thalib
dan pelaku abitrase termasuk yang menerima dan membenarkan nya dihukum
kafir.
3)
Pandangan dalam menentukan khalifah cukup demokratis.
Khalifah menurut mereka harus dipilih oleh rakyat serta tidak harus keturunan
Nabi dan tidak mesti keturunan bangsa Quraisy.
Sedangkan ajaran-ajaran dari segi teologi
sosial yang dikembangkan oleh Khawarij adalah:
1) Amar ma’ruf nahi mungkar
2) Memalingkan ayat-ayat Al Qur’an
yang tampak mutasyabihat ( samar).
3) Al Qur’an adalah makhluk
4) Manusia bebas memutuskan
perbuatannya bukan dari Tuhan
Adapun pendapat
mereka adalah bahwa setiap orang yang melakukan dosa besar hukumnya kafir, dan
akan kekal di dalam
neraka serta halal darahnya. Hal ini dilatarbelakangi adanya persetujuan tahkim
(menentukan hukum dengan musyawarah yang dilakukan untuk memecahkan masalah)
bahwa yang menyetujui tahkim adalah berdosa besar karena menurut mereka barang
siapa yang memecahkan masalah atau hukum tidak dari Al-Qur’an maka hukumnya
kafir
Dalil naqli yang digunakan oleh kaum Khawarij adalah:
!$¯RÎ) $uZø9tRr& sp1uöqG9$# $pkÏù Wèd ÖqçRur 4 ãNä3øts $pkÍ5 cqÎ;¨Y9$# tûïÏ%©!$# (#qßJn=ór& tûïÏ%©#Ï9 (#rß$yd tbqÏY»/§9$#ur â$t6ômF{$#ur $yJÎ/ (#qÝàÏÿósçGó$# `ÏB É=»tFÏ. «!$# (#qçR%2ur Ïmøn=tã uä!#ypkà 4 xsù
(#âqt±÷s? }¨$¨Y9$# Èböqt±÷z$#ur wur (#rçtIô±n@ ÓÉL»t$t«Î/ $YYyJrO WxÎ=s% 4 `tBur óO©9 Oä3øts !$yJÎ/ tAtRr&
ª!$# y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbrãÏÿ»s3ø9$# ÇÍÍÈ
“Sesungguhnya Kami telah
menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi),
yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang
menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta
mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka
menjadi saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu takut kepada manusia,
(tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan
harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.”
a.
Murji’ah
Aliran Murji’ah
memiliki beberapa ajaran inti untuk pengikutnya. Ajaran-ajaran inti
Murji’ah dapat disimpulan sebagai berikut:
1) Iman hanya membenarkan (pengakuan) di dalam hati
2) Orang Islam yang melakukan dosa besar tidak dihukumkan
kafir.
3) Muslim tersebut tetap mukmin selama ia mengakui dua
kalimat syahadat.
4) Hukum terhadap perbuatan manusia di tangguhkan hingga
hari kiamat
Aliran Murji'ah adalah aliran Islam yang muncul dari golongan yang tak sepaham
dengan Khowarij. Ini tercermin dari ajarannya yang bertolak
belakang dengan Khowarij. Pengertian murji'ah sendiri ialah penangguhan
vonis hukuman atas perbuatan seseorang sampai di pengadilan Allah SWT kelak.
Jadi, mereka tak mengkafirkan seorang Muslim yang berdosa besar, sebab yang
berhak menjatuhkan hukuman terhadap seorang pelaku dosa hanyalah Allah SWT.
Sehingga seorang Muslim, sekalipun berdosa besar, dalam kelompok ini tetap
diakui sebagai Muslim dan punya harapan untuk bertobat.
Dalil nash digunakan oleh aliran Murji’ah di antaranya:
1)
إنَّ اللهَ لا َيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآء
“Sesungguhnya Allah tidak
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu.”
2)
قُلْ يَاعِبَادِي الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ
لاَ تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah:
“Hai hamba-hamba-Ku yang melampui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah,sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya, sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[14]
Komentar
Posting Komentar