Langsung ke konten utama

Aliran-aliran Tauhid 2




a.         Mu’tazilah
Mu’tazilah memiliki lima ajaran utama yang disebut ushul al-khamsah, yakni :
1)      Tauhid. Mereka berpendapat:
o   Sifat Allah adalah zat-Nya itu sendiri.
o   Alquran adalah makhluk.
o   Allah di alam akhirat kelak tak terlihat mata manusia. Yang terjangkau mata manusia bukanlah Ia.
2)      Al-‘Adl. Mereka berpendapat bahwa Allah SWT akan memberi imbalan pada manusia sesuai perbuatannya.
3)      Al-Wa’ad wa al-Wa’id (Janji dan ancaman). Mereka berpendapat Allah takkan ingkar janji: memberi pahala pada muslimin yang baik dan memberi siksa pada muslimin yang jahat.
4)      Al-Manzilah bain Al-Manzilatain (tempat diantara kedua tempat). Ini dicetuskan Wasil bin Atha' yang membuatnya berpisah dari gurunya, bahwa mukmin berdosa besar, statusnya di antara mukmin dan kafir, yakni fasik.
5)      Amar ma’ruf (tuntutan berbuat baik) dan nahi munkar (mencegah perbuatan yang tercela). Ini lebih banyak berkaitan dengan hukum/fikih.
Sama halnya dengan aliran Qadariyah, aliran Mu’tazilah juga berkrangka pikir antroposentris yang menganggap bahwa hakikat realitas transenden bersifat intrakosmos dan impersonal. Ia berhubungan erat dengan masyarakat kosmos baik ang natural maupun yang supra natural dalam arti unsurt-unsurnya ornag yang tergolong dalam kelompok ini berpandangan negative terhadap dunia dikarnakan ia beranggapan bahwa tugas manusia adalah melepaskan unsur natural yang jahat dengan meninggalkan kedunia wiyan ia akan mampu meraih kemerdekaan dari lilitan naturalnya. Sementara karaqwaanya lebih di orientasikan kepada praktek-praktek pertapaan dan konsep-konsep magis. Tujuan hidupnya bermaksud menyusun kepribadianya kedalam realita impersonalnya. Manusia yang berpendangan antroposentris dianggap/dikenal sebagai Sufi.
Secara aqli mereka menyatakan bahwa seandainya manusia tidak diberi potensi oleh Tuhan, maka ia tidak akan dibebani kewajiban. Semua orang yang memiliki akal sehat, baik memeluk suatu agama atau tidak sepakat menyatakan bahwa perbuatan seperti jujur, amanah, dan adil adalah baik. Sedangkan perbuatan seperti bohong, khianat dan lalim adalah buruk. Realitas ini menunjukan bahwa tanpa adanya wahyu orang telah mampu mengetahui perbuatan baik dan buruk.
Sedangkan secara naqli aliran Mu’tazilah menguatkan dengan ayat Al-Quran:
È@è%ur ,ysø9$# `ÏB óOä3În/§ ( `yJsù uä!$x© `ÏB÷sãù=sù ÆtBur uä!$x© öàÿõ3uù=sù 4 !$¯RÎ) $tRôtGôãr& tûüÏJÎ=»©à=Ï9 #·$tR xÞ%tnr& öNÍkÍ5 $ygè%ÏŠ#uŽß  4 bÎ)ur (#qèVŠÉótGó¡o (#qèO$tóム&ä!$yJÎ/ È@ôgßJø9$%x. Èqô±o onqã_âqø9$# 4 š[ø©Î/ Ü>#uޤ³9$# ôNuä!$yur $¸)xÿs?öãB ÇËÒÈ  
Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
b.        Ahlussunah Wal Jama’ah
Diantara ajaran Ahlussunnah adalah:
1)      Megimani dan mengamalkan semua yang datang dari Rasulullah saw. Baik yang tercantum di al-Qur’an ataupun di Hadits sebagai bukti dari sikap ‘ubudiyyah pada Allah SWT.
2)      Tidak mencaci maki para Sahabat Nabi, tetapi menghormati dan memintakan ampunan untuk mereka.
3)      Bersedia untuk taqlid pada Ijtihad para Ulama’ Madzhab dalam berbagai masa’il diniyah fiqhiyyah, disamping mempelajari dalil-dalilnya.
4)      Mengimani ayat-ayat mutasyabihat tanpa berusaha untuk mena’wil yang sampai pada batas mentasybihan maupun penta’thilan (menafikan sifat-sifat Allah).
5)      Meyakini bahwa al-Qur’an adalah Kalamullah al-Qadim, tidak makhluk dan tidak mengalami perubahan.
6)      Tidak beranggapan bahwa Imamah adalah rukum Iman, namun sebagai kewajiban/dlarurah ‘aammah demi kemashlahatan ummat untuk menjalankan syari’at Islam.
7)      Mengakui kekhilafan Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali).
8)      Mencintai ahlul bait Rasulullah SAW dengan tanpa lewat jalur Syi’ah (dibatasi pada 12 imam dan mengkafir-kafirkan sahabat).
9)      Mempercayai bahwa besok di Akhirat orang mu’min dapat melihat Allah SWT sebagaimana dalam firman-firmanNya.
10)  Tidak mengingkari pada bolehnya tawassul dan adanya karomah Auliya’.
11)  Tidak membenarkan ajaran taqiyyah, yakni melahirkan sesuatu yang bertentangan dengan nurani hanya untuk menipu ummat Islam.
12)  Percaya bahwa sebaik kurun / periode adalah masa Rasulullah SAW setelah itu adalah Sahabatnya, setelahnya adalah Tabi’n, Tabi’it Tabi’in, dan seterusnya.
Ahlussunnah menganut aliran konvergensi yang menganggap hakikat Realitas transenden besifat supra sekaligus intrekosms, personal dan impersonal, lahut dan nashut, lenyap dan abadi, tampak dan abstrak dan sifat lain yang dikotomik. Aliran konvergensi memandang bahwa pada dasarnya segala sesuatu itu serba ganda baik secara subtansial maupun formal. Aliran ini juga berkeyakinan bahwa daya ma-nusia merupakan proses kerja sama antara daya yang transedental (Tuhan) dalam bentuk kebijasanaan dan daya temporal (manusia) dalam bentuk teknis. Ke-bahagian bagi para penganut aliran konvergensi, terletak pada kemampuanya membuat pendalam agar selalu berada tidak jauh kekanan atau kekiri tetapi tetap ditengah-tengah antara berbagai ekstrimitas aliran teolog.
Menurut aliran Ahlussunnah, akal difungsikan sebagai sarana yang dapat membuktikan kebenaran syara', bukan sebagai dasar dalam menetapkan akidah-akidah dalam agama. Meski demikian, hasil penalaran akal yang sehat tidak akan keluar dan bertentangan dengan ajaran yang dibawa oleh syara'.
Dalil naqli yang digunakan oleh Ahlussunnah di antaranya:
1)       
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqß§9$# Í<'ré&ur ͐öDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrŠãsù n<Î) «!$# ÉAqß§9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# 4 y7Ï9ºsŒ ׎öyz ß`|¡ômr&ur ¸xƒÍrù's? ÇÎÒÈ  
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
2)       
(#qßJÅÁtGôã$#ur È@ö7pt¿2 «!$# $YèÏJy_ Ÿwur (#qè%§xÿs? 4 (#rãä.øŒ$#ur |MyJ÷èÏR «!$# öNä3øn=tæ øŒÎ) ÷LäêZä. [ä!#yôãr& y#©9r'sù tû÷üt/ öNä3Î/qè=è% Läêóst7ô¹r'sù ÿ¾ÏmÏFuK÷èÏZÎ/ $ZRºuq÷zÎ) ÷LäêZä.ur 4n?tã $xÿx© ;otøÿãm z`ÏiB Í$¨Z9$# Nä.xs)Rr'sù $pk÷]ÏiB 3 y7Ï9ºxx. ßûÎiüt6ムª!$# öNä3s9 ¾ÏmÏG»tƒ#uä ÷/ä3ª=yès9 tbrßtGöksE ÇÊÉÌÈ  
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
3)       
Ÿwur (#qçRqä3s? tûïÏ%©!$%x. (#qè%§xÿs? (#qàÿn=tF÷z$#ur .`ÏB Ï÷èt/ $tB æLèeuä!%y` àM»oYÉit6ø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur öNçlm; ë>#xtã ÒOŠÏàtã ÇÊÉÎÈ  
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,”
c.         Asy’ariyah
Adapun pemikiran-pemikiran al-Asy’ari yang terpenting adalahantara lain:
1)      Allah dan Sifat-sifat-Nya
Menurut ajaran Asy’ariyah, Tuhan mempunyai sifat-sifat sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an, seperti Allah mengetahui dengan ‘Ilmu, berkuasa dengan Qudrat, hidup dengan Hayat dan seterusnya.Sifat-sifat Allah SWT itu unik, sehingga tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang tampaknya mirip. Sifat-sifat Allah berbeda dengan dzat Allah SWT itu sendiri.
2)      Kebebasan Dalam Berkehendak
Menurut faham Asy’ariyah, Allah adalah pencipta (khaliq) perbuatan manusia, sedangkan manusia sendiri yang mengupayakannya (muktasib). Untuk mewujudkan suatu perbuatan, manusia membutuhkan dua daya, yaitu daya Tuhan dan daya manusia. Hubungan perbuatan manusia dengan kehendak Tuhan yang mutlak dijelaskan melalui teori Kasb; “yakni berbarengannya perbuatan manusia dengan kekuasaan Tuhan”, artinya jika manusia hendak mengadakan perbuatannya, maka pada saat itu pula Tuhan menciptakan kesanggupan manusia untuk mewujudkan perbuatan. Dengan perbuatan inilah ia mendapatkan perbuatannya, tetapi tidak menciptakannya. Konsep Kasb ini adalah perpaduan antara konsep teologi Qadariyah dan Jabariyah. Qadariyah dengan konsep kehidupan manusia yang tergantung kepada manusianya. Kemampuan (qudrah) dan usaha manusia itu adalah sangat efektif. Berbeda dengan Jabariyah,  justru berpendapat bahwa kehidupan manusia tergantung kepada Tuhan. Segala kemampuan dan usaha manusia ditentukan oleh Tuhan. Sementara menurut Matrudiyah,  perbuatan manusia itu semata-mata diwujudkan oleh manusia itu sendiri. Dalam masalah ini, Matrudiyah lebih dekat dengan Mu’tazilah yang secara tegas mengatakan bahwa semua yang dikerjakan manusia itu semata-mata diwujudkan oleh manusia itu sendiri. Adapun al-Kasbdisini menurut Asy’ariyah mengandung arti keaktifan.Karena itu, manusia bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya.
3)      Akal dan Wahyu dan Kriteria Baik dan Buruk. Walaupun al-Asy’ari dan orang-orang Mu’tazilah mengakui pentingnya akal dan wahyu,  mereka berbeda dalam menghadapi persoalan yang memperoleh penjelasan kontradiktif dari akal dan wahyu. Al-Asy’ari mengutamakan wahyu, sementara Mu’tazilah mengutamakan akal. Asy’ari berpendapat bahwa bahwa akal manusia tidak dapat sampai pada kewajiban mengetahui Tuhan. Manusia dapat mengetahui kewajibannya hanya melalui wahyu.  Wahyulah yang mengatakan dan menerangkan kepada manusia bahwa ia berkewajiban mengetahui Tuhan, dan manusia harus menerima kebenaran itu. Menurut Asy’ari baik dan buruk berdasarkan pada wahyu, sedangkan Mu’tazilah mendasarkannya pada akal.
4)      Qadimnya Al-Qur’an. Pandangan Asy’ari tentang al-Qur’an, sangat bertentangan dengan pandangan Mu’tazilah. Kalau Mu’tazilah mengatakan bahwa al-Qur’an adalah hawadits  (baru) karena ia makhluk, maka menurut Asy’ari, al-Qur’an adalah qadim. Hal ini didasarkan pada surat an-Nahl; 40:“Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami mengatakan kepadanya, “Kun (jadilah)” maka jadilah ia.”
5)      Melihat Allah. Al-Asy’ari mengatakan bahwa setiap yang ada, pasti dapat dilihat. Oleh karena itu menurut i’tiqadkaum Ahlussunnah wal Jama’ah (faham al-Asy’ariyah), Allah SWT dapat dilihat dengan mata kepala manusia di akhirat kelak yaitu oleh hamba-hamba-Nya yang saleh yang dikaruniai nikmat melihat Tuhan. Dalil-dalilatas kepercayaan ini antara lain firman Allah dalam surat al-Qiyamah ayat 22-23, yang artinya: “Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhan mereka melihat (memandang Tuhannya)”.Dan juga terdapat dalam Kitab Hadis: “Dari Jarir bin Abdillah, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda: Bahwasanya kamu akan melihat Tuhan kamu senyata-nyatanya.” (HR. Imam Bukhari)
6)      Keadilan Allah. Menurut Asy’ari,  keadilan adalah menempatkan sesuatu pada tempat yang sebenarnya. Allah tidak mempunyai kewajiban apapun. Allah tidak wajib memasukkan orang entah itu  kesurga ataupun ke neraka. Semua itu adalah kehendak Allah mutlak. Jika Allah memasukkan seluruh manusia ke surga, bukan berarti Allah tak adil, dan jika Allah memasukkan seluruh manusia ke neraka, itu bukan berarti Allah zhalim. Allah adalah penguasa mutlak segala-galanya dan tidak ada yang lebih kuasa. Allah dapat dan boleh melakukan apa saja yang di kehendaki-Nya.
7)      Kedudukan Orang Berdosa Besar. Pada dasarnya al-Asy’ari dan Mu’tazilah ber-pandangan yang sama bahwa Allah SWT itu adil. Hanya saja mereka berbeda dalam memandang makna keadilan.Aliran Mu’tazilah mengatakan bahwa apabila pelaku dosa besar tidak bertaubat dari dosanya, meskipun ia mempunyai iman dan keta’atan, tidak akan keluar dari neraka. Sebaliknya,mengatakan siapa yang beriman kepada Allah SWT dan mengikhlaskan diri kepada-Nya, maka bagaimanapun besar dosa yang dikerjakannya, tidak akan mempengaruhi imannya.
Aliran Asy’ariyah mempunyai kerangka pikir yang sama dengan Ahlussunnah, yaitu aliran konvergensi.
Al-Asy'ari berpandangan bahwa Mu’tazilah begitu mengagungkan akal dan menyisihkan wahyu. Al Asy’ari melakukan diskusi dengan gurunya al Jubba’i dan berakhir dengan ketidakmampuan al Jubba’i menjawab pertanyaan beliau. Ditambah dengan kekejaman kaum penguasa yang bekerjasama dengan kelompok Mu’tazilah. Pada bulan Ramadhan Al-Asy’ari bermimpi melihat Nabi dan beliau berkata kepadanya, “Wahai Ali, tolonglah madzhab-madzhab yang mengambil riwayat dariku, karena itulah yang benar.” Kejadian ini terjadi beberapa kali, yang pertama pada sepuluh hari pertama bulan Ramadhan, yang kedua pada sepuluh hari yang kedua, dan yang ketika pada sepuluh hari yang ketiga pada bulan Ramadhan. Dengan alasan itu ia meninggalkan aliran Mu’tazillah.
Dalil naqli yang digunakan oleh Asy’ariyah di antaranya:
1)        
ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»tƒ#uä br& tPqà)s? âä!$yJ¡¡9$# ÞÚöF{$#ur ¾Ín̍øBr'Î/ 4 §NèO #sŒÎ) öNä.$tãyŠ ZouqôãyŠ z`ÏiB ÇÚöF{$# !#sŒÎ) óOçFRr& tbqã_ãøƒrB ÇËÎÈ  
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).”
2)       
!$yJ¯RÎ) ÿ¼çnãøBr& !#sŒÎ) yŠ#ur& $º«øx© br& tAqà)tƒ ¼çms9 `ä. ãbqä3uŠsù ÇÑËÈ  
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia.”
d.        Maturidiyah
Berikut ini beberapa doktrin yang dianut Matutidiyah di antaranya:
1)      Kemampuan Akal Manusia. Dalam hal ini Bazdawi sepaham dengan Maturidi yaitu akal mampu mengetahui adanya Tuhan dan mengetahui baik dan buruk. Kendati demikian sebelum datangnya keterangan wahyu, tidaklah ada kewajiban untuk mengetahui Tuhan dan bersyukur kepadanya, serta tidak ada kewajiban untuk mengerjakan perbuatan baik atau menjadi perbuatan jahat. Kewajiban-kewajiban kata bazdawi ditentukan hanya oleh tuhan dan ketentuan-ketentuan itu dapat diketahui melalui wahyu.
2)      Perbuatan Manusia. Al-Bazdawi membedakan dengan jelas antara perbuatan Tuhan (Maf’ul) dengan perbuatan manusia (Fi’l). menurut al bazdawi perbuatan tuhan itu adalah menciptakan perbuatan manusia; sedangkan perbuatan manusia (daya) itu adalah melakukan perbuatan Tuhan. Al Bazdawi dalam hal ini mengambil contoh tentang duduk. Duduk adalah ciptaan Tuhan, namun melakukan hal itu perwujudan daya manusia dalam bentuk perbuatan. Jadi duduknya manusia pada suatu tempat duduk itu hakekatnya melakukan perbuatan ciptaan Tuhan dan merupakan perbuatan manusia dalam arti yang sebenarnya. Dalam hal ini al Bazdawi (Maturidi Bukhara) tidak berbeda pendapat dengan Abu Mansur (Maturidi Samarkand). Mengenai pendapat ini bazdawi dikritik oleh pihak lain. Dengan kritik ini bazdawi menjadi ragu-ragu dalam mengatakan bahwa perbuatan manusia adalah perbuatan manusia dalam arti yang sebenarnya. Akhirnya lagi-lagi golongan maturidiyah bukhara daya manusia tidaklah efektif dalam mewujudkan perbuatannya, seperti halnya juga dikatakan Asy’ari.
3)      Kehendak dan Kekuasaan Tuhan. Bazdawi menegaskan bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan mutlak. Tuhan berbuat apa saja yang dikehendaki Nya dan menentukan segala-gala Nya, menurut kehendak Nya. Dan Tuhan pasti memenuhi wa’adNya yakni memenuhi janji untuk memberi upah kepada orang yang berbuat baik. Al Bazdawi dalam hal ini berpendapat : Tuhan tidak mungkin tidak memenuhi janjiNya  kepada manusia yang berbuat baik dan tidak mungkin pula meninggalkan ancamanNya terhadap yang berbuat jahat. Karena tidak mungkin, maka dengan kata lain Tuhan menjadi wajib memenuhi janji dan ancamanNya.
4)      Sifat-sifat Tuhan. Menurut Bazdawi sifat-sifat tuhan itu kekal melalui kekuatan yang terdapat dalam dzat Nya, dan bukan melalui sifat-sifat itu sendiri. Tuhan bersama sifat-sifat-Nya kekal, tapi sifat-sifat itu tidaklah kekal karena diri mereka.
5)      Ayat-ayat Tasybih. Tangan tuhan menurut bazdawi sifat bukan anggota badan Tuhan yaitu sama dengan sifat lain seperti pengetahuan, daya dan kemauan.
6)      Ru’yatullah. Dalam hal ini Bazdawi sependapat dengan Asy’ari bahwa tidak mustahil Tuhan dapat dilihat nanti dengan mata kepala di akhirat. Ia dilihat nanti menerut apa yang dikehendaki Nya.
7)      Al Quran. Bazdawi mengemukakan bahwa Al Quran bukanlah sabda tuhan, tapi merupakan tanda dari sabda tuhan. Al Quran disebut sabda (kalam) Tuhan hanya dalam arti kiasan, bukan dalam arti yang sebenarnya.
Maturidiyah masih satu rumpun dengan Ahlussunnah dan Asy’ariyah, oleh karena itu, kerangka pikir yang mereka gunakan pun sama yaitu konvergensi.
Metode berpikir dari aliran Maturidiyah, yang merupakan aliran yang memberikan otoritas yang besar kepada akal manusia, tanpa berlebih-lebihan atau melampaui batas, maksudnya aliran Maturidiyah berpegang pada keputusan akal pikiran dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan syara’. Sebaliknya jika hal itu bertentangan dengan syara’, maka akal harus tunduk kepada keputusan syara’.
Dalil naqli yang digunkan oleh Maturidiyah di antaranya:
øŒÎ)ur tA$s% ÞO¿Ïdºtö/Î) Éb>u ÏRÍr& y#øŸ2 Çósè? 4tAöqyJø9$# ( tA$s% öNs9urr& `ÏB÷sè? ( tA$s% 4n?t/ `Å3»s9ur £`ͳyJôÜuŠÏj9 ÓÉ<ù=s% ( tA$s% õãsù Zpyèt/ör& z`ÏiB ÎŽö©Ü9$# £`èd÷ŽÝÇsù y7øs9Î) ¢OèO ö@yèô_$# 4n?tã Èe@ä. 9@t6y_ £`åk÷]ÏiB #[ä÷ã_ ¢OèO £`ßgãã÷Š$# y7oYÏ?ù'tƒ $\Š÷èy 4 öNn=÷æ$#ur ¨br& ©!$# îƒÍtã ×LìÅ3ym ÇËÏÉÈ  
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH WALIMAH

WALIMAH MAKALAH Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perkawinan Islam I Oleh: Lusy Intan Maolani Khaerul Anwar M. Ilga Sopyan Miftah Farid AHWAL SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015 M/1437 H BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua sisi kehidupan, tidak ada satu masalah pun  dalam kehidupan ini yang tidak dijelaskan, dan tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai islam, walau masalah tersebut Nampak kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam. Dalam masalah perkawinan, Islam telah berbicara banyak, dimulai bagaimana cara mencari kriteria calon pendamping hidup hingga bagaimana memperlakukannya dikala resmi menjadi sang penyejuk hati. Islam memiliki tuntunannya, begitu pula Islam mengajarkan bagaimana mewujudkan sebuah pesta pernikah...

Perbedaan mukmin fasiq dan dzalim dengan kafir

c.        Perbedaan mukmin fasiq dan dzalim dengan kafir 1)       Orang Fasik: Orang fasik adalah seorang muslim yang secara sedar melanggar ajaran Allah (Islam) atau dengan kata lain orang tersebut percaya akan adanya Allah, percaya akan kebenaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW tetapi dalam tindak perbuatannya mereka mengingkari terhadap Allah SWT dan hukumNya, selalu berbuat kerosakan dan kemaksiatan. Firman Allah SWT: t û ï Ï % © ! $ # t b q à Ò à ) Z t ƒ y ‰ ô g t ã « ! $ # . ` Ï B Ï ‰ ÷ è t / ¾ Ï m É ) » s W Š Ï B t b q ã è s Ü ø ) t ƒ u r ! $ t B t  t B r & ª ! $ # ÿ ¾ Ï m Î / b r & Ÿ @ | ¹ q ã ƒ š c r ß ‰ Å ¡ ø ÿ ã ƒ u r ’ Î û Ç Ú ö ‘ F { $ # 4 š  Í ´ ¯ » s 9 ' r é & ã N è d š c r ç Ž Å £ » y ‚ ø 9 $ # Ç Ë Ð È    “(yaitu) orang-orang yang melanggar Perjanjian Allah sesudah Perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk men...

Aliran-aliran Ilmu Tauhid

2.       Aliran-aliran Ilmu Tauhid a.        Jabariyah Ajaran-ajaran dari aliran Jabariyah di antaranya adalah : 1)       Manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap perbuatannya baik yang jahat, buruk atau baik semata Allah semata yang menentukannya. 2)       Allah tidak mengetahui sesuatu apapun sebelum terjadi. 3)       Ilmu Allah bersifat Huduts (baru) 4)       Iman cukup dalam hati saja tanpa harus dilafadhkan. 5)       Allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk ciptaanNya. 6)       Surga dan neraka tidak kekal, dan akan hancur dan musnah bersama penghuninya, karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah semata. 7)       Allah tidak dapat dilihat di surga oleh penduduk surga. 8)     ...